Ini Kebijakan Energi Prabowo – Gibran, RI Bisa Jadi Raja

Jakarta, CNBC Indonesia – Jelang memasuki pesta demokrasi yang akan digelar pada tahun 2024 mendatang, masing-masing calon pasangan Presiden telah mengumumkan program melalui visi dan misinya dalam mempersiapkan jika terpilih menjadi pemimpin baru menggantikan kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Energi menjadi komoditas strategis dan pusat perhatian para calon presiden. Terdapat kesamaan visi di antara mereka, yakni mengembangkan secara sangat serius dan lebih akseleratif energi terbarukan.

Masing-masing pasangan calon (paslon) telah memiliki peta jalan pengembangannya, termasuk pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka.

Paslon ini memandang bahwa biomassa yang sampai sekarang masih sering dipandang sebelah mata sesungguhnya memiliki potensi yang luar biasa dalam memberikan kontribusi besar dalam mempercepat capaian energi terbarukan.

Wakil Bendahara Umum TKN Paslon 2 Bobby Gafur Umar menjelaskan, kebijakan energi Indonesia dalam satu dasawarsa mendatang dipastikan akan mengandalkan energi terbarukan, dan akan bertumpu pada ekonomi kerakyatan serta lingkungan.

“Biomassa itu indah, dan tidak ribet. Kami optimis, biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang akan membawa dan menjadikan Indonesia sebagai raja energi hijau di dunia,” kata Bobby dalam keterangan tertulis, Rabu (20/12).

Bobby Gafur Umar, menjelaskan, Indonesia dalam dasawarsa mendatang akan terus melanjutkan kebijakan yang mengacu pada swasembada energi. Komitmen kemandirian energi tersebut akan dicapai dengan memacu capaian pengembangan energi terbarukan.

Upaya-upaya serius dan strategis akan terus dilakukan untuk meningkatkan capaian bauran energi terbarukan. Targetnya, 23 persen pada tahun 2025 dan 31 persen pada tahun 2050.

Sasaran tersebut dinilai cukup realistis, mengingat Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, dan baru 0,3 persen yang terealisasikan. Dari total 3,686 GW potensi energi terbarukan, realisasinya baru mencapai 0,3 persen atau 12,54 GW saja. Dari segala jenis energi terbarukan, bio-energi yang memiliki potensi sebesar 57 GW, akan menjadi fokus utama.

“Karena kita punya potensi bio-energi yang sangat besar,” ujar Bobby.

Menurutnya, sebagai negara agrikultur, bio-energi menjadi potensi utama sebagai sumber energi terbarukan di Indonesia. Pilihan untuk menjadikan bio-energi atau biomassa menjadi energi terbarukan andalan setidaknya dalam satu dasawarsa mendatang, bukan tanpa alasan.

Menurutnya, Indonesia sangat kaya dengan produk-produk pertanian dan perkebunan. Indonesia punya potensi kayu, singkong, sorgum, sekam padi, jerami, batang dan bonggol jagung, tebu, dan sawit. Dengan potensi berlimpah itu, Indonesia bisa meningkatkan ketahanan pangan dengan pemanfaatan limbah perkebunan, pertanian dan kehutanan menjadi sumber energi, yakni listrik dan biofuel.

Biomassa dinilai memiliki banyak keunggulan dibanding sumber energi kelistrikan lainnya. Pertama, pengembangan biomassa mampu menyerap dan mendayagunakan banyak sekali tenaga kerja, dibanding sumber energi lain. Di perkebunan, di unit pembangkit listrik nya (PLTBm), banyak tenaga kerja yang bisa didayagunakan.

Kebijakan phase-out PLTU yang sudah direncanakan dan sudah mulai dilaksanakan, juga bisa dipercepat melalui pemanfaatan biomassa, untuk program co-firing. Lebih dari itu, PLTU sendiri dapat dikonversi sepenuhnya menjadi PLTBm, sehingga PLTU tidak akan menjadi besi tua.

Berlimpahnya potensi biomassa yang dapat menjamin keberlanjutan pasokan secara terus-menerus, juga memberikan dampak positif pada kepastian pasokan listrik, tanpa intermiten dan baterai. Investasinya, menjadi lebih murah.

Indonesia, juga dipercaya sangat bisa menjadi produsen nomor satu bio diesel dunia. Dengan potensi CPO yang bisa menembus 70 juta ton pada 2025, Indonesia mampu menghasilkan 25 juta kiloliter dalam lima tahun ke depan.

Efek ekonomisnya akan sangat besar yaitu dapat membuka 2 juta lapangan kerja setiap penanaman 1 juta hektar lahan baru kebun kelapa sawit. Devisa yang berhasil dihemat pada 2022 lalu mencapai Rp.122,65 triliun.

Selain itu, Bobby menyebut, pengembangan biomassa ini diyakini akan mampu mengembangkan energi terbarukan yang berbasis ekonomi kerakyatan. Dalam konteks ini, pemerintah menerbitkan kebijakan pemanfaatan limbah biomassa menjadi energi.

Di sisi lain, masyarakat akan berperan sebagai pemasok limbah pertanian ke industri pengolahan biomassa, sementara swasta dan BUMN mengolah limbah menjadi listrik atau biogas.

Indonesia memiliki potensi limbah biomassa dari sektor pertanian, perkebunan dan kehutanan yang mencapai lebih dari 100 juta ton/tahun. Bahan baku ini mampu menghasilkan bio metan sebesar 10 juta ton/tahun yang cukup untuk memenuhi kebutuhan LPG masyarakat Indonesia.

Tak hanya itu, 11 juta hektar lahan HTI dapat dikonversi menjadi energi yang mampu menghasilkan biomassa sebesar 544 juta ton/tahun. Bahan baku ini mampu menggantikan kebutuhan batubara untuk pembangkit listrik sebesar 120 juta ton/tahun, sehingga PLTU Batubara dapat diubah menjadi PLTU Biomassa.

Pengolahan sampah kota di Indonesia sebesar 68 juta ton/tahun juga dapat dimanfaatkan menjadi energi listrik dengan kapasitas lebih dari 700 MW.

“Dengan menjalankan kebijakan tersebut, maka Indonesia diyakini akan menjadi Raja Energi Hijau Dunia. Lapangan kerja dari sektor energi hijau yang terbuka akan mencapai lebih dari 10 juta lapangan kerja,” sebutnya.

Program co-firing biomassa untuk campuran batubara sebagai bahan bakar di PLTU, akan terus dilanjutkan pasangan calon Presiden ini. Dalam kebijakan energi nasional, pemanfaatan PLTBioenergi ditargetkan mencapai 5,5 GW pada tahun 2025. Ini didukung oleh potensi biomassa, yang apabila dikonversi menjadi listrik akan setara dengan 56,97 GW.

“Indonesia juga berpeluang menjadi produsen utama biofuel. Secara total, terdapat 60 spesies tanaman alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan baku biofuel,” pungkasnya. https://cingengkali.com/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*